Holla~!
Kalian apa kabar?
Aku nulis ini setelah nonton teman-temanku main basket.
Rasanya aku ingin ikutan main.
Tapi rasa malu lebih besar daripada keinginan untuk main hahahaha
Padahal waktu masih sekolah, hampir tiap hari aku main basket~π
Kenapa sih gak coba main lagi aja?
Kenapa harus malu?
Kenapa harus terlihat jago?
Kenapa kita selalu punya kecenderungan kayak gini, ya?
Malu kalo keliatan cupu atau gak jago di depan orang asing.
Atau aku aja yang begini?
π€π
βββββββββββββββββββββ
BTW mari kita cerita~π
Tapi sebelumnya, aku boleh tau sesuatu dulu gak?
Kalian tipe yang mana:
A. Ketika tau suatu fakta β kalian berusaha denial dan mencari pembenaran agar ada pemakluman untuk fakta tersebut.
B. Sadar dan berubah 180Β° ketika ditampar oleh fakta.
Kalo aku, dari dulu hingga sekarang, aku termasuk tipe B.
Dalam hal apa pun, ketika aku fokus dan ingin sesuatu, aku akan mencurahkan 100% pikiran, waktu, energi dan emosiku.
Ibarat baterai handphone sih penuh itu.
Sama halnya ketika aku ngerasa klik dengan seseorang β yang sepertinya bisa menjadi teman dekat β aku akan mencari tau atau mengulik orang itu.
Aku lebih suka punya (bangun) koneksi mendalam dan penuh arti dalam berteman.
Nilai-nilai dasar yang aku cari dalam pertemanan:
kejujuran, kesetiaan, humor yang mirip.
Makanya aku agak selektif untuk βmenerimaβ seseorang masuk ke dalam inner circleku.
Kalian juga gitu gak sih?
π€π: Kenapa? Berteman kan bisa sama siapa pun dan bebas. Gak harus pandang ini-itu.
Benar banget!
Tentu aja kita bisa berteman dengan siapa pun.
Aku juga ngobrol dengan siapa pun.
Tapi untuk bangun koneksi mendalam dan penuh arti, kita gak bisa terapin ke semua orang, kan?
βββββββββββββββββββββ
Ada nih satu orang β kita namain Jin aja, ya, biar kita mudah ngobrolnya.
Aku tuh ngerasa nyambung banget sama Jin. Bahkan dalam banyak hal.
Alhasil aku pengin banget Jin masuk ke dalam inner circleku~
πππ
Tapi sayangnya, rasa senangku punya teman sefrekuensi dengan memegang value yang sama, gak bertahan lama huhuhu.
Aku ditampar fakta.
Ternyata Jin banyak banget bohongnya.
Tipe bohongnya tuh yang efeknya bisa membahayakan orang lain β termasuk aku.
πππ
Kalo ditanya kenapa dia harus bohong? Aku pun gak tau.
Bahkan ketika aku kasih tau faktanya, dia tetap aja bohong.
Huuaaaaaaa
Aku berusaha untuk kasih pemakluman dari segala sisi, tapi tetap gak bisa.
Fakta adalah fakta tanpa harus dibiaskan agar menjadi suatu alasan.
βΉοΈβΉοΈβΉοΈ
Ketika ada di situasi yang bertentangan dengan apa yang kita yakini (nilai dan prinsip), kita memang harus menarik diri dan memasang border, kan?
Mau gak mau β meski sedih β itu yang aku lakukan.
βββββββββββββββββββββ
Tentu aja ada kalanya aku ngerasa terlalu keras.
Gak jarang aku ngerasa bersalah dan selalu mikir, βApa Jin merasa tersakiti dengan ketegasan dan tindakanku?β
Sampai akhirnya aku cerita ke temanku; Mario.
Aku keluarin semua keluh kesahku tentang Jin.
Kalian tau Mario bilang apa?
βKenapa sih lo harus mikirin apa yang dia pikirin? Jadi diri lo sendiri aja, Ia. Dia bisa terima, oke. Dia gak bisa terima, ya udah. Justru bagus dong. Lo gak perlu repot-repot udah kesortir dengan sendirinya. Gak usah ubah diri lo dan prinsip lo hanya untuk dia gak mikir lo aneh, Ia.β
π³π³π³
Asli. Aku kaget.
Setelah ditampar fakta.
Aku ditampar dengan kenyablakannya Mario.
HAHAHAHAA
Kalimat dia masih terus nempel di benakku.
βGak perlu ubah diri dan prinsip hanya untuk gak dianggap aneh.β
βββββββββββββββββββββ
Tadi aku sempat nemu ini di explore Instagram.
βLewati saja badainya.
Jangan ubah tujuannya.β
πππ
xoxo,
RSW