Kajian Selasa, 22 Juni 2021 di Dialogue Positive yang disampaikan Mas Fahruddin Faiz berjudul “Cakra Manggilingan” banyak menuai kekaguman dan keingin-tahuan untuk lebih mendalami falsafah Nusantara, khususnya Jawa.
Atas permintaan khalayak ramai (:D), Kang Abu Marlo berhasil mengajak Mas Faiz untuk memberikan sesi khusus untuk peserta yang berminat. Rekaman dari sebagian besar kajian yang lalu sudah bisa dilihat juga di bawah ini.
Sesi pertama sudah digelar pada tanggal 27 Juni, 2021 yang lalu,
https://www.youtube.com/watch?v=oIRrfWbJUuM
sesi 2 pada tanggal 18 Juli 2021,
https://youtu.be/we3Fl-fAzoM
sesi 3 pada tanggal 08 Agustus 2021,
http://www.youtube.com/watch?v=cr3XowkfkKc
sesi 4 pada tanggal 12 September 2021,
https://youtu.be/qiv-07QfR8Q
sesi 5 pada tanggal 10 Oktober 2021,
https://youtu.be/b2MfqHhUkGM
sesi 6 pada tanggal 14 Nopember 2021,
https://youtu.be/UZkCcTCOUOw
sesi 7 pada tanggal 12 Desember 2021,
https://youtu.be/VGMx5Lgbqs8
sesi 8 pada tanggal 09 Januari 2022,
https://youtu.be/UR647OBzpFE, dan
sesi 9 pada tanggal 13 Februari 2022
https://youtu.be/XNAaOC-aiPU
Sesi 10 mengetengahkan budaya leluhur Jawa mengenai makna "WAYANG". Sungguh dalam maknanya! Wayang bahkan sudah ada sejak 1500 tahun sebelum Masehi. Wayang berasal dari kata "Mahyang" yang artinya "menujut Tuhan", jadi merupakan aktifitas yang murni ibadah. Jaman dahulu menjadi media untuk mendatangkan leluhur melalui para dalangnya.
Perkembangan zaman menyebabkan wayang berkembang pesat, dari menjadi tontonan cerita2 Mahabarata dan Ramayana saat Hindu masuk ke Nusantara, sampai akhirnya digunakan oleh para Wali sebagai media dakwah saat Islam masuk. Dari pertunjukan, berubah menjadi tuntunan.
Untuk selanjutnya, silakan menyimak (ulang) kajian sesi ke-10 ini. Selamat menikmati.